Senin, 06 Oktober 2008

Sejarah Singkat

Kongregasi Suster Putri Maria dan Yosef atau Suster PMY didirikan oleh seorang pastor Paroki di s'Hertogenbosch Nederland, yaitu Pastor Yacobus Antonius Heeren, Pr.

Pastor Heeren merasa pilu hatinya melihat keadaan sosial yang buruk akibat perang pada zaman itu, antara lain banyak orang lanjut usia yang tidak terwat dan banyak anak terlantar pula. Hal inilah yang menggugah hatinya, hingga terus-menerus ia berusaha mencari wanita-wanita yang terdorong oleh ajaran Kristus, yang mau menyerahkan diri demi orang miskin. Secara pribadi, wanita-wanita itu pun mendukung dan ikut menyadari perlunya menolong orang miskin, karena itu mereka juga sungguh mengusahakannya. Pastor Heeren mengerti bahwa kegiatan semacam ini akan lebih efisien bila dilakukan oleh suatu lembaga atau perhimpunan yang stabil/permanen.

Lama-kelamaan, cita-cita Pastor Heeren ini berkembang terus dan akhirnya pada tanggal 7 Juli 1820, lahirlah Kongregasi Suster Putri Maria dan Yosef. Kongregasi PMY inilah yang merupakan Kongregasi aktif yang pertama di Nederland.

Pada tahun 1840, dimulai karya bagi anak-anak tunarungu di kota S. Michielsgestel. Kemudian disusul dengan berdirinya lembaga untuk anak-anak cacat mental. Sesudah itu didirikan pula Lembaga Ortopedi dan Pedagogi, dan yang terakhir didirikan lembaga untuk anak-anak asosial.

Meskipun sejak permulaan perhatian utama Kongregasi diarahkan untuk anak-anak cacat, namun karya bagi anak-anak normal tidak diabaikan. Karya medis dan perawatan pun menjadi perhatian Kongregasi PMY. Sampai pada akhir abad 19, karya Kongregasi masih terbatas di Nederland saja. Namun pada abad 20, perhatian Kongregasi mulai diarahkan ke luar negri. mula-mula Kongregasi mulai mencoba berkarya di Brazilia, Cina, dan Zaire, tetapi sayang, karena situasi, karya di ketiga negara tersebut tidak dilanjutkan.

Pusat Kongregasi PMY di Indonesia berada di Wonosobo, kota kecil di balik Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, yang berhawa sejuk. Kongregasi mulai berkarya di Wonosobo pada tahun 1938. Sesuai dengan tujuan khas Kongregasi yaitu karya cinta kasih bagi yang miskin, maka di Indonesia pun mulai dengan karya yang sesuai dengan tujuan ini. Yang miskin menurut pendiri ialah baik mereka yang miskin dalam arti jasmani maupun rohani. Suster-suster PMY mencoba hidup dan berkarya dari hari ke hari, sesuai dengan spiritualitas yang ditekankan oleh Pastor Heeren yaitu "KESEDERHANAAN DAN KESATUAN".

1 komentar:

Vien mengatakan...

Siipppppppppp dechhh